IST.

Trauma Usai Membela Teman: Dugaan Perundungan di SD Galatia Bekasi

KOTA BEKASI – Kasus dugaan perundungan kembali mencuat di lingkungan sekolah dasar di Kota Bekasi. Seorang siswa kelas 3 SD Galatia, kawasan Harapan Indah, berinisial G (9), dilaporkan mengalami trauma psikis setelah diduga menjadi korban kekerasan fisik oleh teman sekelasnya.

Peristiwa tersebut terjadi pada 29 Oktober 2025. Insiden bermula saat G menegur seorang siswa berinisial A yang kerap mengejek dan merundung teman sekelas mereka yang yatim piatu. Niat G untuk membela temannya justru berujung pada tindakan kekerasan terhadap dirinya.

Menurut penuturan sang ibu, Chelsea, G diserang di hadapan teman-teman sekelasnya. “Anak saya ditendang empat kali di bagian perut dan satu kali di kaki. Padahal dia hanya ingin membela temannya yang sering dihina,” ujar Chelsea saat ditemui pada Kamis (18/12/2025).

Akibat kejadian tersebut, kondisi psikologis G mengalami perubahan drastis. Anak yang sebelumnya dikenal ceria dan berprestasi itu kini sering menangis tanpa sebab dan menunjukkan ketakutan berlebihan.

“Kalau mendengar nama pelaku, dia bisa langsung panik. Bahkan kemarin dia menangis berkali-kali saat berada di luar rumah. Pagi ini pun dia menolak pergi ke sekolah karena takut bertemu A, padahal ada acara Natal,” tutur Chelsea dengan suara bergetar.

Keluarga telah membawa G untuk menjalani pendampingan psikologis. Namun, trauma yang dialami belum juga mereda dan masih berdampak pada aktivitas sehari-harinya.

Tak hanya itu, pihak keluarga juga menyoroti sikap sekolah yang dinilai kurang tegas dalam menangani kasus ini. Chelsea menyebut bahwa perilaku kekerasan yang dilakukan A bukanlah yang pertama kali terjadi. Insiden serupa diduga telah berlangsung sejak G duduk di kelas 1.

“Dulu anak saya juga pernah ditendang di bagian vital dan pinggang. Bahkan, informasinya ada sekitar enam anak lain yang pernah menjadi korban, mulai dari ditendang, dipukul, ditampar, hingga diancam,” jelasnya.

Sejumlah orang tua murid pun telah menyuarakan kekhawatiran mereka dan berharap pihak sekolah mengambil langkah konkret, termasuk mempertimbangkan pemindahan pelaku demi keamanan siswa lainnya.

“Kami melihat ada kesan pembiaran. Ini tidak bisa dianggap hal biasa,” tegas Chelsea.

Atas kondisi tersebut, keluarga korban mendesak Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi untuk turun tangan. Mereka meminta perlindungan bagi korban serta evaluasi menyeluruh terhadap pihak sekolah.

“Kami hanya ingin anak-anak bisa belajar dengan aman dan nyaman. Jangan sampai kasus seperti ini terulang,” pungkas Chelsea. (Yud).

Previous Post Dindin Abidin, Guru Besar Sosiologi Olahraga Pertama UNISMA Bekasi