MUARA - Dalam peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Dunia bersama dengan Menteri LHK, Menko Perekonomian, Menko Maritim, Menteri Keuangan, dan Menteri BUMN, Kamis (27/6/2019) di Desa Huta Ginjang Muara, Tapanuli Utara.

Dalam agenda tersebut turut memeriahkan pameran beberapa instansi dan perusahaan swasta, salah satunya PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang merupakan perusahaan penghasil pulp di Kabupaten Toba Samosir dengan menggunakan Pohon Eucalyptus sebagai bahan bakunya.

Deputy General Manager PT Toba Pulp Lestari, Tbk Janres Silalahi, Sabtu (29/6/2019) kepada PALAPA POS mengatakan kehadiran pihaknya sebagai bentuk komitment ikut menjaga kelestarian lingkungan.

Janres menyebutkan selain dari pengembangan bibit, pelestarian kawasan hutan juga menjadi perhatian khusus TPL. Berbagai usaha dilakukan seperti penerapan kawasan lindung dan kawasan pelestarian plasma nutfah yang ditujukan untuk menjaga kelestarian hutan.

Dengan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK- HTI) melalui SK Menteri Kehutanan No. 493/Kpts-II/1992 tanggal 1 Juni 1992, SK. Menhut No. SK.58/Menhut-II/2011, Janres mengutarakan TPL memiliki areal usaha seluas 185.016 Ha untuk ditanami Eucalyptus.

Melalui konsep pengelolaan secara lestari dan berkesinambungan (Sustainable Forestry), perusahaan berkapasitas produksi 240 ribu ton ini merencanakan pembangunan hutan sekitar 75 ribu hektar (40%) dari total 185.016 ha izin lahan yang diberikan pemerintah.

Pembangunan Hutan Tanaman Industri dengan konsep penanaman 3 juta bibit setiap bulannya, dengan volume 1.667 batang pohon di setiap Ha, berarti TPL melaksanakan pembangunan hutan tanaman industri dengan 36 juta pohon setiap tahun.

“Dalam proses pelaksanaan penanaman yang dilakukan di hutan kayu, TPL memberdayakan masyarakat lokal dengan sistem pekerja kontraktor yang mencapai jumlah sekitar 7.000 orang," ungkapnya.

Dalam setiap penanaman Eucalyptus di HTI, Janres mengatakan melalui sistem persiapan lahan (tanpa bakar) dan tanpa cabut akar untuk mencegah ancaman ancaman erosi.

“Penanaman eucalyptus dilakukan dengan bibit clone yang keunggulannya sama, pemupukan dan perawatannya juga dilakukan dengan sangat memperhatikan keselamatan lingkungan serta pemanenan yang kemudian diikuti penanaman ulang dalam waktu kurang dari 100 hari," tambahnya.

Lebih luas lagi dijelaskannya dipusat pembibitan (Nursery) TPL sendiri, perusahaan tidak hanya mengembangkan bibit eucalyptus semata, ada beberapa jenis tanaman yang juga dikembangkan oleh para ahli tanaman.

“Selain Eucalyptus, kita juga mengembangkan bibit kemenyan atau haminjon disebut orang Batak, dan kita sudah bagikan kepada beberapa kelompok masyarakat semenjak tahun 2013, kita harapkan ini dapat membantu masyarakat dalam pengembangan kemenyan” katanya.

Terkait persoalan kebakaran hutan yang kerap terjadi setiap tahun dan menjadi fenomena dikatakan Janres tidak mengakibatkan kerusakan fatal bagi kawasan HTI yang dikelola TPL.

“Kita secara rutin mengadakan sosialisasi kesadaran masyarakat akan api bahkan kita telah membentuk kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) di setiap areal kerja perusahaan” sebutnya.

Selain dari pembentukan dan pembangunan Menara Pantau Api (MPA) secara permanen di beberapa titik di kebun Eucalyptus termanfaatkan dengan baik oleh personel Environment TPL dalam melakukan pemantauan kebakaran.

“Kita kerap membantu pemerintah dalam pemadaman kebakaran hutan, terakhir kita membantu pemadaman kebakaran hutan di Dolok Tollong Kabupaten Toba Samosir,” ujarnya mengakhiri. (als)